- Cristina MarthaDalam suatu pertempuran dalam mempertahankan benteng yang sudah direbutnya, kapitan Paulus Tiahahu dan sejumlahan anak buahnya tertangkap tentara belanda. Kapitan Paulus Tiahahu bahkan di hukum mati oleh belanda di Nusa Laut pada tanggal 17 November 1817.Kapitan Paulus memang mati tapi perjuangannya tidak berhenti sampai disitu. Perjuangannya bahkan diterusan oleh anaknya, Martha Christina Tiahahu. ia mengumpulkan dan menggalang pasukan serta mengatur siasat untuk melawan belanda. Sayangnya, sebelum melancarkan gerakan perlawannya, Martha dan anak buahnya ditangkap oleh pasukan belanda. Martha dinyatakan bersalah oleh pemerintah belanda . Akhirnya bersama sejumlah anak buahnya, Martha dijatuhi hukuman buangan ke pulau jawa.Rombongan Martha dan anak buahnya pun menjalani hukuman tersebut. Mereka menumpang kapal Evertzen. Sayangnya, di atas kapal tersebut Martha jatuh sakit. Oleh dokter belanda, Martha diminta untuk diobati, tetapi ia menolaknya hingga akhirnya meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1818 di atas kapal tersebut. Jenazahnya pun dibuang ke laut maluku, yaitu di antara pulau Buru dan pulau Tiga.
- Cut Nyak DhienCut nyak dhien dilahirkan Lampadang Nangroe Aceh Darussalam tahun 1850. sejak kecil Cut Nyak Dhien sudah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam peperangan melawan belanda. Ayah dan suami pertamanya, Teuku Cik Ibrahim Lamnga, merupakan tokoh perjuangan yang saling membantu disetiap melawan belanda.Pada bulan Juni 1878 terjadi pertempuran di Gletarium. Di pertempuran itulah suaminya gugur. sementara Cut Nyak Dhien mengungsi ke Montasi, suatu tempat berkumpulnya para pejuang. Disitulah kemudian Cut Nyak Dhien berkenalan dan menikah dengan Tengku Umar pada tahun 1880.Pada tanggal 11 Februari 1899 terjadi pertempuran pertempuran sengit di Meulaboh yang mengakibatkan gugurnya Tengku Umar. Sepeninggalnya Tengku Umar, Cut Nyak Dhien pun mengambil ahli pimpinan pasukan. Dimasa kepemimpinannya, ia melancarkan peperangan melawan belanda selama enam tahun. Bahkan ia membuat belanda menjadi kewalahan. Tak jarang belanda memanfaatkan seluruh kekuatan pasukannya untuk mengatasi perlawanan pasukan Cut Nyak Dhien. Walaupun demikian, pasukan Cut Nyak Dhien sangat sulit dikalahkan.Cut Nyak Dhien jatuh sakita karena kelelahan dan sudah lanjut usia. mata tak dapat melihat dengan jelas. Lagi pula, belanda sulit menemukan persembuyiannya selama sakit. Sayangnya, karena beritahukan oleh pang laot, orang kepercayaan Cut Nyak Dhien. Cut Nyak Dhien pun ditangkap dan dibawa ke kutaraja(banda aceh). Di sini belanda memperlakukan Cut Nyak Dhien dengan baik. itu tentu sebagai hasil kesepakatan belanda dengan Pang Laot. Namun, karena belanda menghawatirkan sepak terjang Cut Nyak Dhien, ia pun buang ke sumedang, jawa barat pada tanggal 11 Desember 1905. Di sumedang inilah ia wafat dan dimakamkan pada tanggal 6 November 1908.
Perempuan-Perempuan Hebat Pahlawan Kemerdekaan Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar